Jumat, 10 Juni 2011

TUGAS MATA KULIAH : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

LAPORAN



GROUP INVESTIGATION

STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengasuh Mata Kuliah:
Sundari S.Pd, M.Pd
Abdu Mas’ud S.Pd, M.Pd














OLEH
Kelompok XII

 Husen Hasan
 Metti fazrin
 Juwita Suleman
 Farida M. U. Tawari




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2011
PENDAHULUAN
 LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pandangan tentang hakekat pembelajaran (pengajaran) berangsur-angsur mengalami perubahan (Ismaniati, 1996:14). Hal ini nampak dalam uraian para ahli tentang hakekat pembelajaran, terutama defenisi yang dikemukakan mereka. Dengan mencermati berbagai defenisi tersebut dapat dilakukan pembedaan dan pengelompokan, yaitu kelompok defenisi yang bersifat tradisonal di pihak yang satu, dan yang modern atau yang baru di pihak yang lain.

Defenisi yang lebih ke arah tradisional pada umumnya lebih menonjolkan apa yang perlu dilakukan oleh guru (pengajar) dalam proses pembelajaran. Ini berarti bahwa yang menjadi subjek dalam pembelajaran adalah guru, bukan siswa. Dengan demikian, sejak rancangan hingga pelaksanaan, tindakan pengajaran akan nampak dalam bentuk serangkaian kegiatan pengajaran guru semata-mata. Sedangkan, siswa pasif sebagai objek atau hanya menerima apa yang ditransferkan guru.
Defenisi yang lebih ke arah modern mulai memandang bahwa dalam pembelajaran, siswa merupakan subjek belajar yang aktif dan unik serta mampu menemukan masalah belajarnya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Padangan modern ini juga memandang guru sebagai salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa dalam rangka memecahkan problem sekalaigus mencapai tujuan belajarnya.

Demikian juga bahwa pandangan modern bukan hanya melihat guru dan buku yang merupakan sumber belajar, melainkan lingkungan secara menyeluruh seperti sekolah dan masyarakat. Dengan memaknai lingkungan secara menyeluruh, maka akan terjadi interksi antara siswa dengan lingkungannya dan dengan begitu siswa akan memperoleh pengalaman yang bermakna bagi hidupnya. Oleh karena itu, defenisi-defenisi dalam kelompok ini, cenderung akan menonjolkan pentingnya upaya perskriptif tentang strategi pembelajaran untuk memudahkan belajar siswa, sehingga tujuan dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien. Dari pembedaan dan pengelompokan di atas menunjukan bahwa telah berlangsungnya apa yang disebut sebagai pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran. Diakui bahwa pergeseran dan perubahan paradigma pembelajaran turut didorong oleh tuntutan penggunaan berbagai media dengan maksud untuk menciptakan kemudahan belajar. Pergeseran paradigma dalam pembelajaran harus dilihat sebagai tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan dan para pengajar (guru) untuk meningkatkan kualitas profesionalasimenya.

Dalam hal ini, guru mampu mendesain, menerapkan dan mengevaluasi program pembelajaran secara baik. Apalagi, peningkatan mutu, relevansi dan efektifitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Tujuan dan program kurikulum dapat dicapai secara baik apabila programnya didesain secara baik dan aplikatif (Hamalik, 2001:vi).

Pemikiran di atas berimplikasi pada adanya tuntutan bagi para guru untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunankan metode mengajar untuk dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif.







 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah (rumusan problematik) yang dijadikan sebagai acuan masalah yang di angkat dalam tugas makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan strategi pengorganisasian pembelajaran ?
2. Bagaimana Strategi pengorganisasian dalam Proses Pembelajaran ?
3. Bagaimana keterampilan guru dalam merancang strategi pengorganisasian isi pembelajaran ?
4. Bagaimana pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi serta karakteristik siswa ?

 TUJUAN
Tujuan penulis dalam mengakat masalah yang dibahas adalah mengacu kepada upaya untuk mengetahui seperti apakah strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

 METODE
Metode yang digunakan dalam laporan group investigasi ini adalah menggunakan Library Research (Penelitian kepustakaan) dimana artikel ini dibuat dengan menggunakan literature (kepustakaan) yaitu dari penulisan artikel atau hasil-hasil karya orang lain yang diambil dan dijadikan sebagai sumber referensi. Literatur yang di maksudkan adalah berasal dari berbagai buku, tesis skripsi, makalah, internet dan dan media lainnya yang diperoleh melalui perpustakaan, selanjutnya ditelaah dan menjadi sebuah hasil yang berbentuk laporan investigasi.





PEMBAHASAN
STRATEGI PENGORGANISASIAN
PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN
Strategi pengorganisasian isi pembelajaran adalah metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi pengorganisasian isi pembelajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai structural strategy, yang mengacu kepada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta-fakta, konsep-konsep, prosedur, atau prinsip-prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu kepada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi dan synthesizing mengacu kepada upaya untuk menunjukkan kepada si-pembelajar keterkaitan antar isi bidang studi itu.

Pengorganisasian pembelajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pembelajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi si-belajar (Ausubel,1968) yaitu dengan menunjukkan bagaimana topic-topik itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Sequencing atau penataan urutan, amat diperlukan dalam pembuatan sintesis.

Tujuan sintesis adalah untuk membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan berkaitan dengan topik-topik tersebut terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. Adanya kebermaknaan tersebut akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang dipelajari (Degeng,1989; Wena, 2009).



B. STRATEGI MAKRO DAN MIKRO
Strategi pengorganisasian makro diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi, sedangkan strategi pengorganisasian mikro diacukan untuk menata sajian suatu konsep, atau prinsip, atau prosedur.

1) STRATEGI MIKRO
Teori Gagne dan Briggs, teori pembelajaran yang dikembangkannya mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan:

 Kapabilitas Belajar
Lima kapabilitas belajar yang dapat dipelajarai oleh si-belajar, meliputi:
1) Informasi verbal. Si-belajar telah belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat kembali informasi itu.
2) Ketrampilan Intektual. Si-belajar akan menggunakan suatu ketrampilan intelektual apabila ia berinteraksi dengan lingkungan simbulnya bahasa dan angka. Ketrampilan Intelektual mencakup lima katagori, yaitu: (1) Diskriminasi; (2) Konsep konkrit; (3) Konsep abstrak; (4) Kaidah; (5) Kaidah tingkat lebih tinggi
3) Strategi Kognitif. Siswa telah belajar strategi koqnitif apabila ia telah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses berfikir dan proses belajarnya.
4) Sikap. Keadaan mental yang komplek dari si-belajar yang dapat mempengaruhi pelihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi terhadap orang lain, benda, atau peristiwa.
5) Ketrampilan Motorik. Si-belajar telah mengembangkan ketrampilan motorik apabila ia telah menampilkan gerakan-gerakan fisik dalam menggunakan bahan-bahan atau peralatan-peralatan menurut prosedur.

Gagne dan Briggs mendeskripsikan kondisi belajar yang berbeda untuk setiap katagori kapabilitas. Mereka membedakan dua jenis kondisi belajar yaitu:
1) Kondisi belajar internal. Mengacu kepada perolehan dan penyimpanan kapabilitas-kapabilitas yang telah dipelajari si-belajar yang mendukung belajar kapabilitas lainnya.
2) Kondisi belajar eksternal. Mengacu kepada berbagai cara yang dirancang untuk memudahkan proses-proses internal dalam diri si-belajar ketika belajar.

 Peristiwa Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi mendeskripsikan bahwa tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Gagne (1985) mengemukakan bahwa tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu yang ia sebut dengan “peristiwa pembelajaran”. Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi sembilan tahapan yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam belajar, yaitu:
 Menarik perhatian;
 Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada si-belajar;
 Merangsang ingatan pada prasarat belajar;
 Menyajikan bahan perangsang;
 Memberikan bimbingan belajar;
 Mendorong unjuk kerja;
 Memberikan balikan informative;
 Menilai unjuk kerja;
 Meningkatkan retensi dan alih belajar.

 Pengorganisasian Pembelajaran (urutan pembelajaran)
Kini sampai pada inti kajian yaitu mendeskripsikan cara yang diperkenalkan Gagne dalam mengorganisasikan urutan pembelajaran. Pertimbangan terpenting dalam membuat urutan pembelajaran adalah ada tidaknya prasyarat untuk suatu kapabilitas, dan apakah si belajar telah memiliki prasyarat belajar itu.


 Model Taba : Pembentukan Konsep
Taba (1980) memperkenalkan strategi pengorganisasian pembelajaran tingkat mikro, khusus untuk belajar konsep dengan pendekatan induktif. Strategi yang diciptakannya terdiri dari tiga tahapan sejalan dengan tiga tingkatan proses berpikir yang dikemukakannya. Ketiga tingkatan proses berpikir itu adalah: (1) pembentukan konsep, (2) intepretasi, dan (3) aplikasi prinsip.
Pengorganisasian pembelajaran untuk keperluan pembentukan konsep terdiri dari tiga langkah, yaitu:
a) Mengidentifikasi contoh-contoh yang relevan dengan konsep yang akan dibentuk.
b) Mengelompokkan contoh-contoh berdasarkan karakteristik serupa (criteria tertentu) yang dimiliki.
c) Mengembangkan katagori atau nama untuk kelompok-kelompok itu.

 Model Bruner: Pemahaman Konsep
Pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategorikan yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh ke dalam kelas dengan menggunakan dasar Kriteria tertentu.

Bruner (1980) memandang bahwa suatu konsep memilki lima unsur dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu. Kelima unsure tersebut adalah (1)Nama; (2)Contoh-contoh; (3)Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; (4)Rentangan karakteristik, dan (5)Kaidah.

 Menganalisis Strategi Berpikir untuk Memahami Konsep
Bruner (1980) menggunakan istilah strategi yang mengacu kepada urutan keputusan yang dibuat oleh seseorang dalam meneliti setiap keputusan yang dibuat oleh seseorang dalam meneliti setiap contoh dari suatu konsep. Bruner juga mengembangkan strategi-strategi yang berbeda untuk mencapai jenis konsep yang berbeda. Ada tiga strategi pengorganisasian pembelajaran pemahaman konsep yang telah dikembangkan, yaitu: (1)Model penerimaan; (2)Model pilihan, dan (3)Model dengan contoh yang terorganisasi.

1) Model penerimaan mengacu kepada strategi pengorganisasian contoh-contoh konsep dengan memberi tanda “ya”, bila contoh itu menjadi contoh konsep, dan tanda “tidak”, bila contoh itu bukan contoh konsep.
2) Model pilihan mengacu kepada strategi pengorganisasian contoh-contoh konsep tanpa memberi tanda “ya” atau “tidak”.
3) Model dengan contoh yang terorganisasi mengacu kepada strategi pemahaman konsep dengan menggunakan contoh-contoh yang terorganisasi dalam lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.

2) STRATEGI MAKRO
 Hirarki Belajar
Gagne (1968) menekankan pada penataan urutan dengan memunculkan gagasan prasyarat belajar yang disebut hirarkhi belajar. Reigeluth dalam Degeng (1988) mengemukakan bahwa analisis hirarkhi belajar kurang berarti untuk membuat sintesis. Pendapat ini dipertegas oleh Gagne (1977) bahwa analisis hirarkhi belajar kurang berarti untuk membuat sintesis, dengan demikian untuk mengorganisasi keseluruhan isi bidang studi (strategi makro) perangcang pembelajaran perlu beralih ke strategi lain.

 Analisa Tugas
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah information- processing approach to task analysis Seseorang dapat saja mempelajari langkah terakhir dari suatu prosedur pertama kali, tetapi dalam unjuk kerja ia tidak dapat memulai dari langkah terakhir. Gropeper, Landa, Merrill, Resnick, dan Scandura adalah orang-orang yang pertama kali menekankan pentingnya hubungan jenis ini (information- processing approach to task analysis ) dalam pengorganisasian pembelajran pada tingkat makro.


 Sub Sumptife Sequence
David Ausubel (1968) mengemukakan gagasan, cara membuat urutan sistem pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran jadi lebih bermakna, ia menggunakan urutan dari umum ke rinci. Bila pengetahuan baru diassimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada, maka perolehan belajar dan retensi akan dapat ditingkatkan
 Kurikulum Spiral
Jerome Brunner (1960) menyatakan bahwa a spiral curriculum merupakan pembelajaran tingkat makro, dengan konsep pembelajaran dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara umum, kemudian secara lebih rinci.
 Teori Skema
Anderson dkk. (1977) menguatkan pendapat David Ausubel (1968) dengan tori skema, teori Ausubel (1968) memandang proses belajar sebagai pengetahuan baru dalam diri si belajar dengan cara mengaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada dan hasil belajar sebagai hasil pengorganisasian struktur kognitif yang baru, struktur kognitif yang baru ini akan menjadi asimilatif skema.
 Webteaching
Norman (1973) mengenai webteaching sebagai prosedur menata urutan isi bidang studi termasuk strategi makro. Prosedur ini menekankan pentingnya peran struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh si belajar dan struktur isi bidang yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillema (1983).

 Teori Elaborasi
Teori ini mempreskripsikan cara mengorganisasikan pembelajaran dari umum ke rinci, urutan umum ke rinci dimulai dari epitome kemudian mengelaborasi dalam epitome ke lebih rinci.

 Komponen Strategi Teori Elaborasi
Menurut Reigeluth dan Stein (1983) ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborsi, yaitu ; (1) urutan elaboratif; (2) urutan prasarat belajar; (3) rangkuman; (4) synthesis; (5) analogi; (6) pengaktif strategi kognitif; (7) kontrol belajar.

 Urutan elaboratif
Urutan elaboratif adalah urutan dari yang sederhana kepada yang komplek atau dari umum ke rinci yang memiliki karakteristik khusus.
 Urutan prasyarat belajar
Urutan prasyarat belajar dimaksud adalah sepadan dengan struktur belajar atau herarki belajar yang dikemukakn oleh Gagne (1968).
 Rangkuman
Rangkuman adalah tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari penting sekali dilakuka untuk mempertahankan ritensi. Review juga sebagai acuan yang mudah diingat untuk konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan.
 Pensintensis adalah komponen strategi teori elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan-kaitan diantara konsep-konsep, prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip yang diajarkan. Dengan mengkaitkan konsep-konsep ini akan meningkatkan kebermaknaan dengan jalan menunjukkan suatu konsep, prosedur, atau prinsip pada bagian yang lebih luas (Ausubel 1968) selain itu juga dapat memberi pengaruh situasional pada si belajar (Keller 1983) juga berpeluang meningkatkan retensi (Quillian 1968).
 Analogi, menurut Dreistadt (1969) dan Reigeluth (1983) analogi menggambarkan persamaan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lain yang berbeda diluar cakupan pengetahuan yang sedang dipelajari. Ini membantu pemahaman terhadap pengetahuan yang sukar dipelajari siswa.
 Pengaktif Strategi Kognitif adalah ketrampilan-ketrampilan yang diberlakukan si-belajar untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat dan berpikir (Gagne 1985).
 Kontrol Belajar menurut Merrill (1979) konspsi kontrol belajar mengacu pada kebebasan si belajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang akan dipelajari (content controll), pace controll, display controll dan cosiuous cognation controll. Dalam kaitan ini si belajar menentukan sendiri isi, urutan, strategi kognitif yang paling cocok baginya untuk digunakan dalam suatu pembelajaran.


 REFLEKSI

 Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada strategi pengorganisasian pembelajaran yaitu umumnya lebih menonjolkan apa yang perlu dilakukan oleh guru (pengajar) dalam proses pembelajaran. Ini berarti bahwa yang menjadi subjek dalam pembelajaran adalah guru, bukan siswa. Dengan demikian, sejak rancangan hingga pelaksanaan, tindakan pengajaran akan nampak dalam bentuk serangkaian kegiatan pengajaran guru semata-mata. Sedangkan, siswa pasif sebagai objek atau hanya menerima apa yang ditransferkan guru.

 Kelebihan
Kelebihan yang terdapat pada strategi pengorganisasian pembelajaran yaitu bagi para guru untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunankan metode mengajar untuk dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. dalam pembelajaran, siswa merupakan subjek belajar yang aktif dan unik serta mampu menemukan masalah belajarnya sesuai dengan tingkat perkembangannya.



















DAFTAR PUSTAKA

Black, S. 2003. The Creative Classroom, American School Board Journal. Di akses tanggal 26 April 2011
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI

Gardner, H 1999.Intellegence Reframed: Multiple Intellegences For The 21. Century . New York: Basic Books.
Kistono. 2008. http:// Strategi Pengorganisasian Pembelajaran: Wordpress.Com. di akses tanggal 22 Maret 2011.
Wina Sanjaya, 2008. Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit Kencana Prenada Meda Group.

3. TUGAS ARTIKEL TENTANG: PENGELOLALAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
(PENGELOLAAN KELAS)
Husen Hasan
Abstrack
Classroom management is the effort of teachers to create, maintain and develop a conducive learning climate (Udin S. Winataputra). Classroom management is one important skill to master teachers. Classroom management is different from the learning management. More emphasis on learning management planning activities, implementation, evaluation and follow-up in a lesson. While classroom management is more related to efforts to create and maintain optimal conditions. Classroom management need to be owned by teachers and students as prospective teachers, as this will assist in achieving their own learning goals. Classroom management is an activity carried out by teachers who aimed to create classroom conditions that allow ongoing learning process that is conducive and the maximum. One form of classroom management is arrangement seat, where arrangement seating needs to consider the physical environment in the classroom and also diversity characteristics of the students The purpose of writing this article is to discuss and learn about the management class. Method used in writing this article is a review of the literature or various results of the reference collection of books, textbooks, internet and various other sources that are obtained. A collection of reference are reviewed and the results loaded into an article or scientific work in the form of articles.
Key words: management, learning, class,
PENDAHULUAN

Upaya untuk mendidik siswa menguasai berbagai kompetensi sebagaimana menjadi orientasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah, tidak bisa dilepaskan dari arti penting faktor lingkungan sebagai kontekspembentukan pemahaman dan pemaknaannya; dan konteks tersebut ada lah kelas sebagai ruang psikologis dan sosiokultural. Akan tetapi sejauh yang bias dicermati dari berbagai hasil penelitian, persoalan tersebut masih sangat krusial dalam praktik pendidikan di Sekolah. Studi Nurkhoti’ah dan Kamari (2003) menemukan bahwa dalam pembelajaran di Sekolah seperti di bangku sekolah dasar, masih banyak guru yang belum menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran secara optimal dan kegiatan di kelas masih banyak didominasi oleh guru. Bermula dari masalah ini pula, kemudian muncul persoalan-persoalan lain, seperti rendahnya prestasi belajar siswa. Dalam analisisnya terhadap rendahnya mutu pendidikan, Hidayanto dan Subijanto (2002), dan Wahyudi (2003) juga menunjuk pada faktor kurang tertatanya lingkungan kelas pembelajaran secara kondusif, sebagai penyebab lemahnya tingkat implementasi kurikulum.

Iklim kelas pembelajaran belum dikembangkan secara memadai, dan umumnya guru dan kepala sekolah belum mengenalnya. Mereka juga menyayangkan bahwa perhatian terhadap aspek ini agak terabaikan. Menurut mereka Hal ini biasa dilihat dari nihilnya wacana iklim lingkungan pembelajaran pada penataranpenataran guru, serta minimnya penelitian pada bidang ini di dunia pendidikan Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan, keduanya juga menemukan bukti bahwa terdapat korelasi yang kuat antara prestasi siswa di suatu kelas dengan suasana batin atau lingkungan psikososial yang tercipta di kelas tersebut. Karena itu menurut mereka, meskipun guru mempunyai kemampuan mengajar yang baik, tetapi jika tidak didukung oleh lingkungan kelas pembelajaran dan motivasi diri siswa yang merupakan aspekaspek dari lingkungan psiko-sosial kelas pembelajaran, maka hasil proses pembelajaran pun tidak akan optimal. Bahkan di Amerika, menurut mereka sekalipun berbagai perbaikan pendidikan telah dilakukan dengan menempuh berbagai bidang garapan, tetapi hasilnya belum memuaskan. Hal itu disebabkan diantaranya karena perbaikan-perbaikan itu belum atau hanya sedikit menyentuh aspek iklim kelas.

Selain itu penelitian-penelitian tentang pembelajaran juga masih terbatas pada kajian tentang pendekatan, metode, model pembelajaran. Karenanya, hasilnya pun menjadi sangat terbatas. Jangkauan penelitianya pun belum sampai pada upaya merumuskan dan mengembangkan dasar dasar pemikiran atau teoretik tentang pembelajaran dari suatu persepektif teoretik yang integratif, melihat pembelajaran sebagai integrasi antara dimensi psikologis, sosial dan kultural. Dengan demikian, penelitian ini merupakan hal baru yang mengikhtiarkan secara akademik ke arah penemuan dan sekaligus rekonstruksi teori pembelajaran yang psycho-socio-cultural-based”, khususnya dari perspektif “konstruktivisme”. Masalah penelitian adalah bagaimana pola penataan lingkungan pembelajaran, sehingga dapat memfasilitasi dan memediasi siswa menguasai struktur materi, membangun dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan dasar, dan melakukan proses assimilasi, akomodasi, adaptasi, ekuilibrasi, dan rekonstruksi terhadap struktur internalnya.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan Library Research (penelitian kepustakaan) dimana artikel ini dibuat dengan menggunakan literature (kepustakaan) yaitu dari penulisan artikel atau hasil-hasil karya orang lain yang diambil dan dijadikan sebagai sumber referensi. Literature yang dimaksudkan adalah berasal dari berbagai buku dan referensi lain berupa tesis, skripsi, makalah, internet dan dan media-media lainnya yang diperoleh melalui perpustakaan, selanjutnya ditelaah dan menjadi sebuah hasil karya yang berupa artikel ini.

PEMBAHASAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN (PENGELOLAAN KELAS)
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Suharsini Arikunto Pengelolaan (manajemen) dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan instruksional kemampuan pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor yang juga harus dikuasai oleh seorang guru, di samping faktorfaktor lainnya. Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas.
Secara etimologis, pengelolaan kelas ialah usaha guru untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif (Udin S. Winataputra). Pengertian ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Winzer yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan social.
Menurut Purnomo, "Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional)".
Lingkungan fisik meliputi :
 Ruangan,
 Keindahan kelas,
 Pengaturan tempat duduk,
 Pengaturan sarana dan alat pengajaran,
 Ventilasi dan pengaturan cahaya.
Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi:
1) Tipe kepemimpinan guru,
2) Sikap guru,
3) Suara guru,
4) Pembinaan hubungan yang baik.

Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa: Pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.
Akhmad Sudrajat (http://Akhmd sudrajat. wordpress.com), menyatakan bahwa: Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Menurut Winzer (Winataputra, 1003: 9.9) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu pengelolaan kelas didefisnisikan sebagai:
a) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan menguragkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempentahankan organisasi kelas yang efektif.
Dari ketiga definisi diatas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan kelas baik dan terencana. Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pengelolaan diartikan dengan "penyelenggaraan, pengurusan". Sedangkan yang dimaksud dengan kelas adalah "tingkat, ruang tempat belajar di sekolah". dengan kata lain pengelolaan kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Usman, bahwa "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar".
Menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Pendapat lain yang cukup menarik dalam buku Quantum Teaching tentang kelas, yaitu berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.

B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman (2003) pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2) Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
3) Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam.macam kegiatan belajar siswa sehingga subjek didik terhindar dari permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.

C. Ketrampilan Mengelola Kelas
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya. Oleh sebab itu kegiatan guru dapat dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan pengelolaan pengajaran dan kegiatan pengelolaan kelas. Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat pembelajaran tidak tersedia, merupakan contoh masalah pembelajaran. Sedangkan subyek didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengganggu teman lain, mengajukan pertanyaan aneh, tempat duduk banyak kutu busuk, ruang kelas kotor, merupakan contoh masalah pengelolaan kelas. Dan untuk penanggulangannya seorang guru harus dapat memberikan bimbingan sebab ini secara psikologis akan menarik keterlibatan siswa. Guru bisa memulainya dengan apa yang siswa sukai, bagaimana cara berpikir mereka dan bagaimana mereka menyikapi hal.hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Aksesbilitas : siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2) Mobilitas : siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian yang lain.
3) Interaksi : memudahkan terjadi interaksi antara diri siswa maupun antar Siswa
4) Variasi kerja siswa : memungkinkan siswa bekerja secara perorangan, berpasangan atau berkelompok. Pada intinya, kemampuan guru memilih strategi pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah kelas yang dihadapinya jika ia tepat meletakkan strategi tersebut maka proses belajar mengajar akan efektif.

D. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas
Pada dasarnya kegiatan guru dikelas mencakup dua aspek utama, yaitu masalah pembelajaran dan masalah pengelolaan kelas. Berdasarkan definisi didepan, maka seorang guru akan berhadapan masalah individu dan masalah kelompok. Untuk dapat menyelesaikan masalah pengelolaan kelas yang efektif, maka guru harus mampu: mengidetifikasikan masalah yang bersifat individu dan kelompok, memahami berbagai pendekatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan memilih pendekatan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Masalah Individu
Asumsi yang mendasari, masalah individu adalah bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki atau merasa dirinya berguna dan dibutuhkan. Jika individu gagal dalam mendapatkannya, maka Ia akan bertingkah laku secara berurutan dimulai dan yang paling ringan sampai denga yang paling berat.
Masalah Kelompok
Terdapat tujuh masalah kelompok yang berkaitan dngan pengelolaan kelas, yaitu:
1) Hubungan tidak harmonis,
2) Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok,
3) Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok,
4) Penerimaan kelompok atas tingkah laku yang menyimpang,
5) Penyimpangan anggota kelompok dafi ketentuan yang ditetapkan,
6) Tidak memiliki teman, tidak mau bekerja, atau bertingkah laku yang negatif,
7) Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Prosedur pengelolaan kelas dapat berupa:
 Tidakan Preventif
Tindakan preventi ini meliputi :Peningkatan kesadaran diri, Peningkatan kesadaran siswa, Inisialisasi sikap tulus dan guru, Mengenal dan menemukan suatu alternative
 Tindakan Kuratif
Tindakan ini meliputi :Pengidentifikasian, Membuat reneana, Menetapkan waktu pertemuan, Menjelaskan maksud pertemuan, Menunjukan bahwa guru pun bisa berbuat salah, Guru berusaha membawa siswa pada masalahnya, dan Bila pada pertemuan siswa tidak responsif, guru dapat mengajak siswa untuk berdiskusi. Adapun implikasi pengelolaan kelas terhadap pengembangan rencana program pembelajaran tergantung pada beberapa aspek, yaitu:
1. Karakteristik Siswa
Untuk dapat memperlancar proses belajar siswa, seorang guru perlu memperhatikan faktor yang terdapat pada diri siswa maupun faktor lingkungan yang perlu dimanipulasinya. Karakteristik siswa tensebut, meliputi:
a) Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum ia mengikuti pelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan. Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajaran, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah mempunyai pengetahuan awal yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran, sejauh mana siswa mengetahui materi apa yang akan disajikan. Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang representatif.
b) Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Apabila siswa mempunyai motivasi yang tinggi, maka ia akan (1) memperlihatkan minat dan mempunyai perhatian, (2) bekerja keras dan inemberikan waktu pada usaha tersebut, (3) terus bekerja sampai tugas dapat diselesaikan. Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datang dan dalam diii siswa, dan motivasi ekstninsik, yaitu motivasi yang datang dari luar din siswa. Dibawah mi diberikan saran-saran bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi bagi siswa, yaitu:
1. Setiap materi perlu dibuat menarik
2. Setiap proses pembelajaran diusahan untuk membuat siswa aktif
3. Menerapkan teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras.
4. Memberikan petunjuk dan indikator pencapaian yang jelas.
5. Memperhitungkan perbedaan kemampuan individualantar siswa, latar belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau mata pelajaran.
6. Mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu kebutuhan fsikologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan dengan jalan: memperhatikan kondisi fisik siswa, memberi rasa aman, menunjukan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sehingga setiap siswa pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, mengarahkan pengalaman belajar kekeberhasilan dan membuat siswa tingkat aspirasi yang realistik, mempunyai orientasi pada prestasi, serta mempunyai konsep diri yang positif.
7. Mengusahakan agar terbentuk kebutuhan untuk berprestasi, rasa percaya diri.
8. Membuat siswa ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan ingin belajar lebih banyak lagi.
c). Perhatian
Didalam proses belajar mengajar, perhatian merupakan paktor yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran bagi siswa. Dengan perhatian dapat memuat siswa: mengarahkan din ketugas yang akan diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan membenikan fokus pada masalah yang hams diselesaikan, dan mengabaikan hal- hal yang tidak relevan. Cara-cara yang dapat dipakai guru untuk dapat menarik perhtian bagi siswa antara lain: Mengetahui minat siswa, memberikan pengarahan, menjelaskan tujuan-tujuan belajar, mengadakan tes awal atau kuis.

Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan di atas intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.

E. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Menurut James Cooper yang dikutip oleh Hendyat Soetopo mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas, yaitu pendekatan modifikasi perilaku, pendekatan sosio-emosional, dan pendekatan proses kelompok. Berikut penjelasan ketiga pendekatan di atas adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Modifikasi Perilaku (Behavior-Modification Approach)
Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral yang menganggap perilaku manusia yang baik maupun yang tidak baik merupakan hasil belajar. Oleh sebab itu perlu membentuk, mempertahankan perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki. Berdasarkan pendekatan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pendekatan modifikasi perilaku aktivitas di utamakan pada penguatan tingkah laku siswa yang baik maupun tingkah laku siswa yang kurang baik, dengan pendekatan ini diharapkan guru dapat merubah tingkah laku siswa sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
 Teknik-teknik yang dapat diterapkan adalah:
1) Penguatan negative
Penguatan negatif adalah pengurangan hingga penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulangnya perilaku yang diharapkan.
2) Penghapusan
Penghapusan adalah usaha mengubah tingkah laku subyek didik dengan cara menghentikan respon terhadap tingkah laku mereka yang semula dikuatkan oleh respon itu.
3) Hukuman
Yaitu penghentian secara langsung perilaku anak yang menyimpang. Sebenarnya penguatan negatif dan penghapusan merupakan hukuman yang tidak langsung. Dengan kata lain hukuman adalah pengajuan stimulus tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku subyek didik yang tidak diharapkan.

2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate Approach)
Pendekatan sosio-emosional bertolak dari psikologi klinis dan konseling. Pandangannya adalah bahwa proses belajar-mengajar yang berhasil mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik antara guru subyek didik. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini mengutamakan pada hubungan yang baik antar personal di dalam kelas, baik itu guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa merasa aman dan senang berada dalam kelas serta berpartisipasi dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Dengan kata lain peran guru sangat penting dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan guru diharapkan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh siswa serta mampu menyikapinya secara demokratis
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group-Process Approach)
Pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Untuk itu guru harus mengusahakan agar kelas menjadi suatu ikatan kelompok yang kuat.

Lain halnya dengan guru yang memperhatikan siswa, selalu terbuka, terhadap keluhan siswa, mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, maupun selalu bersedia mendengarkan saran dan kritik dari siswa adalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa akan rindu dengan kehadirannya, siswa merasa nyaman disisinya, dan siswa merasa bahwa dirinya adalah keluarga bagi guru tersebut. Figur yang demikian ini biasanya akan sedikit sekali menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru seperti inilah yang diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa. Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang baik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran di kelas.
F. Penataan Ruang Kelas
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Ruang kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang/ fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata ruang kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
1. Ukuran bentuk kelas
2. Bentuk serta ukuran bangku dan meja
3. Jumlah siswa dalam kelas
4. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5. Jumlah kelompok dalam kelas
6. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
PENDAPAT PENULIS
Dengan memperhatikan berbagai defenisi menurut para ahli tentang pengelolaan pembelajaran (pengelolaan kelas), maka penulis dapat menuangkan pendapat yang terkait dengan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas pada dasarnya adalah merupakan cara-cara pedoman yang dilaksanakan oleh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi keributan antarsiswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan masyarakat. Oleh karena itu penulis selalu mengharapkan agar Lingkungan belajar yang aman, nyaman dan tertib, optimalisme merupakan harapan yang tinggi bagi penulis bakan bagi seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan hal yang dapat membangkitkan gairah, dan semangat siswa untuk belajar dengan baik. Pendekatan Proses Kelompok merupakan pengalaman belajar siswa didapat dari kegiatan kelompok di mana dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru maupun para mahasiswa sebagai calon guru, karena hal ini akan membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Salah satu bentuk pengelolaan kelas adalah penatan tempat duduk, dimana penatan tempat duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman karakteristik siswa, mempertimbangkan kesesuaian metode yang digunakan oleh guru dengan tujuan akhir dari pembelajaran itu sendiri. Kondisi dan posisi tempat duduk dapat menentukan tingkat aktivitas belajar siswa di kelas. Hal tersebut sisebabkan karena tempat duduk yang nyaman akan membantu siswa untuk tenang dalam belajar dan apat pula menimbulkan gairah belajar siswa.
B. Saran
Dengan mengacu pada uraian yang terpampam pada judul artikel yang termuat pada halaman awal, penulis dapat menuangkan saran kepada guru sebagai pendidik maupun mahasiswa sebagai calon guru yang nantinya mempunyai tanggung jawab yang besar oleh karena itu perlu menjadi perhatian bagi guru dan bahkan mahasiswa sebagai calon pengajar bahwa keterampilan mengelola kelas salah satunya penataan tempat duduk harus dikuasai. Pengelolaan kelas menyangkut kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif dan aksimal. Melalui penatan tempat duduk yang tepat diharapkan akan menfasilitasi siswa untuk belajar dengan aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal 06 April 2011.
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT Grasindo
Usman, M.U. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Udhiexz, 2008. Pengelolaan Kelas. http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/pengelolaan-kelas. diakses tanggal 06 April 2011

2. MANFAAT SILABUS DAN RPP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

MANFAAT SILABUS DAN RPP DALAM PEMBELAJARAN
Husen Hasan
Abstrack

Syllabus is strategical learning at one particular particular subject that range interest default, base interest,subject material, learning activity, indicator, estimation, time allocation, and source /material/tool / learning media. Syllabus constitutes formulation of interest default and basic interest become interest attainment indicator and estimation. Classically syllabus used to mean as strategical as learning on one subject group with given theme, that mengacup kompotensi's default basic, subject material, learning activity, indicator is kompotensi's attainment, estimation, time allocation, and yan's studying source developed by each satuan education, base educations national default.
perencaan constitutes a part peting that shall at looking at in KTSP, one that will determine learning quality as a whole and menetukan is sumberdaya's education and quality quality man (SDM), well at nasa now and also at future. therefore, in condition and however situation, gurur makes a abode to have make pelaksaan's plan learning, since planning constitutes pebelajaran's guidance. teacher may just don't make curriculum, may not also make display tool, even in term particular doesn't do estimation tettapi that tidakmembuat may not planning.

Kata kunci : silabus, rencana pembelajaran

PENDAHULUAN
Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi yang lebih menyeluruh, tentunya hal ini juga menyangkut pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk mengelola dan meningkatkan sumber daya manusia, pemerintah harus memiliki keperdulian untuk memperbaiki perencanaan, pengeloaan, dan penyelenggraan pendidikan di wilayahnya masing-masing. Selain itu tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan negara-negara maju. Upaya ke arah ini kini sudah mulai diwujudkan dengan diperkenalkannya konsep pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik ke desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan ini diarahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, landasan hukum tersebut mengamanatkan agar kurikulum pendidikan bagi pendidikan tingkat dasar dan tingkat menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hal ini harus diwujudkan dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki kewenangan untuk merancang dan menentukan hal - hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar. Seiring dengan adanya upaya untuk memberdayakan peran serta daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, Pemerintah telah memberlakukan otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No. 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa pemerintah (Pusat) memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum dan penilaian hasil belajar secara nasional, hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana di daerah terutama di daerah tingkat II dan sekolah.
Pemerintah Pusat mengembangkan antara lain (1) Kompetensi Dasar dan materi pelajaran pokok, (2) kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun dan pedoman-pedoman pelaksanaannya. Sementara para pengelola dan pengembang di daerah diharapkan dapat (1) mengembangkan menjabarkan kompetensi dan materi pelajaran pokok mengacu pada standar nasional, menyusun kurikulum muatan lokal (2) menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan kalender pendidikan dan jam belajar (3) menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan penilaian hasil belajar yang didasarkan pada ketetapan pemerintah secara nasional. Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah serta kondisi siswa. Kebijakan di atas juga diharapkan dapat memenuhi tuntutan masyarakat melalui program reformasi yang menginginkan adanya perubahan mendasar dalam sistem pendidikan, baik secara konseptual maupun aturan-aturan pelaksanaannya.

PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20; Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Hal ini berarti daerah perlu menyusun silabus dengan cara melakukan penjabaran terhadap stándar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, yang memuat materi setempat yang relevan, serta penyusunan kurikulum daerah yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan serta potensi setempat, yang kemudian dikenal dengan istilah Kurikulum Tingklat Satuan Pendidikan (KTSP).

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan Library Research (penelitian kepustakaan) dimana artikel ini dibuat dengan menggunakan literature (kepustakaan) yaitu dari penulisan artikel atau hasil-hasil karya orang lain yang diambil dan dijadikan sebagai sumber referensi. Literatura yang dimaksudkan adalah berasala dari berbagai buku, tesis skripsi, makalah, internet dan dan media lainnya yang diperoleh melalui perpustakaan, selanjutnya ditelaah dan menjadi sebuah karya berupa artikel ini.

PEMBAHASAN
MANFAAT SILABUSDAN RPP DALAM PEMBELAJARAN
A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan berikut.:
(1) Kompetensi apa yang akan dikembangkan siswa?
(2) Bagaimana cara mengembangkannya?
(3) Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai siswa?

Beberapa manfaat dari silabus di antaranya:
1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut, yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan pengembangan sistem penilaian.
2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai
dalam suatu mata pelajaran.
3. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program
pembelajaran.
4. Dokumentasi tertulis (witten document) sebagai akuntabilitas suatu program
pembelajaran.


 Tujuan SILABUS

 Memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator
 Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek
 Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant effect
B. Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah, Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan, Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

C. Unit Waktu Silabus
1) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
2) Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
3) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
D. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.

E. Langkah-langkah Pengembangan Silabus dan Rencana PelaksanaanPembelajaran

Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi
b) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian petensi dasar dengan mempertimbangkan:
a) Potensi peserta didik;
b) Relevansi dengan karakteristik daerah,
c) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d) Kebermanfaatan bagi peserta didik;
e) Struktur keilmuan;
f) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h) Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
B. Contoh Format Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada di antara berbagai macam format yang berlaku.
SILABUS
Mata Pelajaan :.....................
Alokasi Waktu per Semester : ............. jam pelajaran
Kelas/Semester :..................................
Standar Kompetensi : .............................
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/Alat
Teknik Bentuk






ATAU BISA JUGA SEPERTI BIBAWAH IN:
SILABUS
Mata Pelajaan :.....................
Alokasi Waktu/Semester : ............. jam pelajaran
Kelas/Semester :..................................
Standar Kompetensi : .............................
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/
Alat
Teknik
Penilaian Bentuk
Penilaian Contoh Instrumen





Ada juga bentuk silabus yang dibuat dalam narasi tidak menggunakan bentuk matriks atau kolom seperti kedua contoh tersebut di atas.

C. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru yang professional harus mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, logis dan sistematis. Karena disamping itu melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban professional accountability sehingga guru mampu mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya.
Cynthia (1993:113) megemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai dengan fase pengembangan pembelajaran, ketika kompetensi dan metodologi diidentifikasi, akan membantu guru dalam mengoganisasikan materi standar, serta mengantisipasi peserta didik dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran, seorang guru akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.
Rencana pembelajaran dapat mencerminkan apa yang dilakukan guru dala memberikan kemudahan belajar kepadda peserta didik, bagaimana cara melakukannya, dan mengapa seorag guru harus melakukan itu. Oleh karena itu, RPP dapat memiliki kedudukan yang esensial dalam pembelajaran yang efektif karena akan membantu membuat disiplin kerja yang baik, suasana yang lebih menarik, pembelajran yang diorganisasikan denga baik, relevan, dan akurat. Rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru guna dapat menunjang pembentukan kompetensi dasar yang diinginkan. Dalam hal ini guru harus dapat mampu menjabarkan SKKD dalam bidangnya utuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, beberapa minggu atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan satu semester disebut sebagai program unit, sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut sebagai RPP, yang dalam implementasinya KTSP memiliki kompenen kompetensi dasar, materi standar, pengalaman belajar, metode mengajar, dan penilaian berbasis kelas.
Anderson (1989:47) membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang dapat disebut dengan unit plants, merupakan perencanaan yang bersifat komperenhensif dimana dapat dilihat aktivitas yang direncanakan guru selama satu semester. Perencanaan umum ini memerlukan uraian yang lebih rinci dalam perencanaan jangka pendek yang disebut dengan rencana pembelajaran. Dalam rencana pemebelajaran, guru dapat memodifikasi perencanaan umum yang telah dibuatnya, disesuaikan dengan kondisi kelas dan karakteristik peserta didik.
Disamping itu, perlu ditetapkan pula fokus kompetensi yang diharapkan dari peserta didik sebagai hasil akhir pembelajaran. Kompetensi ini Juga akan menjadi pedoman bagi guru dalam menetukan materi standar yang akan digunakan dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk membentuk kompetensi peserta didik. Setelah kompetensi diidntifikasi, guru membuat keputusan tentang pendeatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dipilih dengan mempertimbangkan berbagai factor seperti kompetensi dasar, motivasi peserta didik, prosedur untuk membentuk kompetensi peserta didik dan menetapkan perangkat pembelajaran, serta cara-cara alternatif untk mengembangan kompetensi dasar.
Gagne dan Briggs (1998) mengisyaratkan bahwa dal mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu memerhatikan empat asumsi sebagai berikut:
1. Rencana pemebelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasinya dan langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pembuatannya. Gagne merumuskan bahwa system pembelajaran merupakan serangaian peristiwa yang adapat mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar pada dirinya demi tercapai atau dikuasainya suatu kompetensi. Proses pembelajaran di pandang sebagai suatu system karena memiliki sejumlah kompenen yang ang berinteraksi dan berinterelasi, memiliki fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk potensi peserta didik.
2. Renana pembelajaan harus dikembangkan berasarkan pengetahuan peserta didik. Kualitas rencana pembelajaran banyak bergantung pada bagaimana rancanngan tersebut dibuat, apakah bersifat ilmiah, intutif atau keduanya. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan pengetahuan peserta didik, yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran yang telah diuji coba dan diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan. Uraian tersebut diatas mengisyaratkan bahwa guru professional perlu memiliki pengetahuan mengenai teori-teori belajar dan pembelajaran, serta harus memiliki kemampuan membuat RPP dengan baik dan efektif.
3. Renana pembelajaan harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Meskipun prose pembelajaran dilakukan secara klasikal, pada hakekatnya belajar itu bersifat individual. Oleh karena itu, dalam mengembangkan RPP perlu mempertimbankan karakteristik peserta didik disamping unsur-unsur yang lain, seperti kompetensi dasar, materi standard an strategi yang digunakan untuk membentuk kompetensi peserta didik.
4. Rencana pembelajaan hendaknya tidak dibuat asal-asalan, apalagi hanya untuk memenuhi syarat administrasi. Asumsi yang keempat ini bersifat menegaska akan pentingnya asumsi pertama dan kedua, yakni bahwa program satuan pelajaran harus disusun sesuai dengan prosedur ilmiah.
Landasan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada: PP NO 19 tahun 2005 Pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengisi kolom identitas
2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran
5. Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan
6. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
7. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
8. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll
D. Format Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Adapun format dan komponen yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP dapat dilihat uraian berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : …..................................................
Kelas/Semester : …..................................................
Pertemuan Ke- : …....................................................
Alokasi Waktu : …....................................................
Standar Kompetensi : ….....................................................
Kompetensi Dasar : …......................................................
Indikator : ……………………………...................
Tujuan Pembelajaran :….......................................................
Materi Ajar :…........................................................
Metode pembelajaran :……....................................................
Langkah-langkah Pembelajaran :.................................................
- Kegiatan awal
- Kegiatan Inti
- Kegiatan Penutup
Sumber Belajar :………………………….......................
Penilaian Hasil Belajar :……………………………………………
Mengetahui Kota,........................ 2007
Kepala Sekolah/Madrasah Guru Mapel...................

.................................... ..........................................
NIP.............................. NIP...................................


 Pendapat Pribadi
Menurut saya silabus dan RPP itu disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi dan sistem penilaian mata pelajaran harus disusun sesuai dengan kebutuhan daerah atau sekolah tersebut sehingga silabus dan RPP tersebut bener-benar menjadi pedoman guru dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah dan pengorganisasiannya ke seluruh komponen yang dapat mengubah perilaku peserta didik. RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini peran guru bukan hanya sebagai transformator saja, akan tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan kompetensi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan pada pokok bahasan yang termuat dalam artikel ini dapat saya simpulkan bahwa Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut guru untuk mampu membuat administrasi pembelajaran yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Setelah sekolah menetapkan KTSP maka guru wajib menjabarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan kedalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian kompetensi dasar. Bentuk silabus sebenarnya dapat bervariasi dan dapat dikembangkan sendiri oleh sekolah. Komponen yang minimal harus terdapat dalam sebuah silabus ialah kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/alat/bahan, dan penilaian. Format silabus dapat dibuat dalam bentuk narasi maupun kolom/matriks. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan kelanjutan yang harus dibuat guru berdasarkan silabus yang telah dibuat dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

B. Saran
Disrankan kepada pengasuh mata kuliah berhubung karena penulis mengalami hambatan dalam penulisan artikel di bagian abstraknya kalau boleh artikel selanjutnya tidak perlu menggunakan bahasa inggris, karena menurut saya, sewaktu orang membacanya akan kurang mengerti maksud dan tujuannya karena ada kekurangan keahlian bahasa asing.


DAFTAR PUSTAKA
Permendiknas 22, 23 dan 24 Tahun 2006
Hasil Rakor Kasi Mapenda Depag RI Tanggal 18 s.d. 20 Nopember 2006 di Bogor
Materi Diklat Fasilitator Guru Mapel SD, SMP dan SMA LPMP DKI Jakarta Tanggal 20 s.d. 29 Maret 2007

TUGAS ARTIKEL I KONSEP DASAR PERENCANAAN PENGAJARAN BIOLOGI

KONSEP DASAR PERENCANAAN PENGAJARAN BIOLOGI
Husen Hasan
Abstrak
Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Biologi adalah salah satu mata kuliah yang termasuk dalam kelompok mata kuliah Proses Belajar Mengajar yang membahas prinsip-prinsip dan cara-cara merencanakan pengajaran suatu mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit serta perencanaan tersebut harus dinilai. Kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan.Seorang guru atau calon guru dalam menyusun program semester ataupun persiapan mengajar suatu pokok bahasan, perlu ia harus merumuskan tujuan, alat evaluasi, bahan, cara mengajar serta media pembelajaran.
Tujuan penulisan artikel ini yang juga merupakan sasaran akhir dari mata kuliah Perencanaan Pengajaran Biologi adalah agar mahasiswa mampu menyusun berbagai bentuk persiapan dan rencana pengajaran, serta dapat mengetahui bagaimana merencanakan suatu pengajaran yang baik. Metode yang digunakan dalam dalam penulisan artikel ini adalah Library Research (Telaah Kepustakaan). Hasil telaah dari berbagai referensi tentang perencanaan pengajaran biologi adalah mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar dan merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi belajar.
Kata kunci : perencanaan, pembelajaran, pengajaran

A. PENDAHULUAN
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit, dan persiapan perencanaan harus dinilai.
Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya. Dalam alur pikiran inilah penulis menyajikan suatu konsep atau pemikiran mengenai perencanaan pengajaran biologi yang efektif dan efisien. Guna meningkatkan kemampuan dalam bidan pendidikan.Kegiatan pengajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Suatu kegiatan yang direncanakan atau kegiatan berencana dapat mencakup tiga hal utama yaitu; Persiapan/perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi, demikian juga halnya dengan pengajaran. Apabila seorang guru akan mengajarkan bahan pengajaran mengenai setiap pokok/satuan bahasan kepada siswa-siswanya, ia harus mengadakan persiapan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan lancar, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Proses belajar-mengajar yang dimaksudkan disini merupakan interaksi semua komponen/unsure yang terdapat dalam upaya belajar-mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Langkah awal dari setiap kegiatan dapat berisi berbagai upaya mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan besar kecilnya kegiatan serta kebiasaan atau cara orang mengerjakannya, ada rencana yang dilakukan dengan cepat, sepintas dan tanpa rencana tertulis, tetapi ada pula perencanaan yang membutuhkan waktu yang lama.
Pengajaran merupakan suatu kegiatan atau upaya untuk membantu para siswa menegembangkan kemampuan, Pengetahuan dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu. Kegiatan pengajaran tidak sesederhana kita berjalan-jalan atau membeli sesuatu, walaupun tidak sekompleks membangun sebuah kota, tetapi kegiatan ini membutuhkan perencanaan yang saksama dan dibuat secara tertulis. Pengajaran dilaksanakan secara berkala, dapat mencakup jangka waktu yang cukup panjang misalnya untuk Sekolah Dasar (SD) sampai 6 tahun dan juga waktu yang pendek, misalnya latihan membina pramuka selama satu minggu. Apakah suatu pengajaran berjangka waktu yang lama ataupun singkat tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu program kerja pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran.

Secara garis besar, Perencanaan Pengajaran Biologi mencakup kegiatan merumuskan tujuan-tujuan apa yang dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang digunakan menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan diajarkan atau disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa ya ng diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut, karena bidang pengajaran dapat bermacam-macam, demikian juga jangka waktu, lingkup pengajaran serta tingkat perkembangan siswa yang diajar juga berbeda-beda, maka terdapat beberapa macam bentuk dan format perencanan tersebut diarahkan kepada hal yang sama, yaitu agar terlaksana proses belajar mengajar yang efesien dan efektif, serta relevan dengan misi dan tujuan dari lembaga pendidikan dimana para siswa belajar.
Setiap kegiatan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga halnya dengan tujuan mata kuliah Perencanaan Pengajaran Biologi. Dalam mempersiapkan proses belajar–mengajar, yang petama kali dilakukan oleh seorang guru adalah merumuskan tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai oleh siswa. Setelah itu, langkah berikutnya adalah menyusun alat evaluasi yang akan digunakan dalam menilai seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran telah atau belum dicapai. Setelah menyusun alat evaluasi , perlu ditentukan pokok-pokok materi dan kegiatan belajar-mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Dalam mempersiapkan proses belajar, yang pertama kali dilakukan oleh seorang guru adalah :
1. Merumuskan tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai
2. Menyusun alat evaluasi yang akan digunakan dalam menilai seberapa jauh tujuan-tujuan pengajran yang sudah telah dicapai atau belum
3. Penetapan media dan alat yang dapat digunakan unuk memperjelas dan memepermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa.
Tujuan-tujuan tersebut diatas dapat dijadikan pedoman dan kriteria umum oleh para mahasiswa (Mahasiswa Biologi pada khususnya) dalam menilai penguasaan bahan perkuliahannya. Oleh karena itu dalam penulisan artikel ini, penulis membahas permasalahan-permasalahan yang sudah telah teruraikan sebelumnya, yaitu tentang konsep dasar perencanaan pengajaran biologi. Dalam penulisan artikel ini bertujuan mahassiswa dapat mengetahui apa yang dimaksudkan dengan perencanaan pengajaran biologi dan bagaimana cara merencanakan suatu pembelajaran yang baik.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan metode Library Research (penelitian kepustakaan) dimana artikel ini ditulis dengan menggunakan literature (kepustakaan) dari pembuatan artikel sebelumnya. Literatul yang dimaksudkan ialah berasal dari berbagai sumber referensi seperti dari buku-buku, internet, tesis orang lain, skripsi, makalah dan lain-lain sebagainya yang diperoleh melalui perpustakaan FKIP Universitas Khairun Ternate, yang kemudian penulis baca dan menelaahnya.

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perencanaan adalah menentukan apa yang akan di lakukan mempunyai arah lain, menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Perencanaan adalah langkah-langkah penyusunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan ang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan alam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan dan tepat pada sasarannya. Sedangkan pengajaran dapat di artikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengolahkan pesrta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Ada beberapa pendapat tentang perencanaan pengajaran yang berkaitan dengan tugas guru:
1) Menurut Hamzah, perencanaan pengajaran adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan berjalan dengan baik di sertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang di tetapkan.
2) Philip Commbs mengatakan dalam arti luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakat.
3) Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan abash dan bernilai.
Banghart dan Albert Trull tidak memberikan batasan perencanaan pengajaran secra akslusif, melainkan mengatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari 3 dimensi yakni:
a) Karakteristik perencanaan pengajaran berusaha menggambarkan
sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran.
b) Dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan.
c) Kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa factor pembatas atau penghalang

Banghart dan Trull, (1973) mengemukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan.
Jurnalnet.com (Malang): dalam bidang apapun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis sebagai pemandu arah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan. Pada dasarnya perencanaan bermakna sangat kompleks. Perencanaan dapat didefinisikan dalam berbagai macam ragam, tergantung perspektif yang digunakan serta latar belakang yang memengaruhi seseorang untuk mendefinisikannya. Dalam arti seluas-luasnya, perencanaan biasanya dimaknai sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Nana Sudjana (2000: 61), mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Pendapat yang telah dikemukakan tersebut diatas, dapat senada dengan yang dikemukakan oleh Hadar Nawawi (1983: 16) bahwa perencanaan berarti penyusunan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu.. Dalam hal ini perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objectivitas) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Setelah tujuan ditetapkan perencanaan yang berkaitan dengan penyusunan, pola, rangkaian, dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya, efektivitas perencanaan , program kerja madrasah, dan upaya implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan. Sedangakan pengajaran dapat sebagaisuatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarakan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pengajaran pengajaran adalah suatu caa bagaimana cara mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. (Jones at. al dalam Mulyani Sumantri, 1988:95)
Sampai saat ini riset tentang perencanan pengajaran masih jaran,tetapi beberapa konsep dapat membantu guru dalam meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pengajaran. Konsep tersebut dapat mengandung da pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan danpengetahuan profesional tentang proses pengajaran. Keputusan yang diambil oleh guru bisa bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai pada tingkat yang kompleks. Keputusan tingkat sederhana misalanya pengorganisasian aktivitas kelas sedangkan keputusan pada tingkat kompleks menentukan apa yang dipelajari oleh anak.Dalam bidang pendidikan, perencanaan pengajaran biologi merupakan salah satu faktor kunci efektivitas terlaksananya aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal. Namun kenyataannya, unsur perencanaan pendidikan masih lebih banyak dijadikan faktor pelengkap, sehingga sering kali tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai secara maksimal. Penyebabnya adalah karena para perencana pendidikan kurang memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih komprehensif. Selain itu, posisi bidang perencanaan belum merupakan key factor keberadaan suatu lembaga pendidikan, baik pada tingkat makro maupun mikro. Karena itu, sumbangan perencanaan pendidikan terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan lembaga pendidikan belum dirasakan secara optimal.
Artikel tentang konsep dasar Perencanaan pengajaran biologi ini mencoba memberi penjelasan tentang posisi dan kedudukan perencanaan dalam konteks administrasi pendidikan dan posisinya dalam pencapaian tujuan pendidikan, baik pada tingkat lokal, regional, maupun nasional. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada waktu atau masa tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Berdasarkan uraian diatas, konsep pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
a. Perencanan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapa mengembagkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
b. Perencanan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Penegembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan tersebut.
c. Perencanan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dari teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d. Perencanan pengajaran sebagai sains (sciens) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun yang lebih semput dari materi pelajaran dengan segala tingkat kompleksitasnya.
e. Perencanan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangnn pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisi kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk didalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.
f. Perencanan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu daam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematis.

B. Dimensi-Dimensi Perencanaan
Berbicara tentang dimensi perencanan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dai beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran .
Harjanto (1997:5) mengemukakan tentang pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu adalah memungkinkan diadakannya perencanaan komperehensif yang menalar dan efesien, yaitu sebagai berikut;
1) Signifikansi
Tingkata signifikansi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan disignifikansi apat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
2) Feasibilitas
Maksudnya perencanaan harus disusun berdaarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dengan biaya maupun pengimplementasiannya.
3) Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
4) Kepastian
Konsep kepastian minimun diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5) Ketelitian
Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bent yang sederhana, serta dapat pula diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
6) Adaptabilitas
Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan yang fleksibel atau adaptable adapat dirancanag untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

7) Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
8) Monotoring
Monitoring merupakan proses mengembagka kriteria untuk menjamin bahwa untuk berbagai komponen untuk bekerja secara efektif.
9) Isi perencanaan
Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Tujuan apa yang diinginkan, aau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajara dan layanan-layanan pendukungnya.
b) Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajara dan layanan-layanan pendukungnya.
c) Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangka prestasi, spesialisasi, prilaku, kompotensi, maupun kepuasan mereka.
d) Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan
e) Bangunan fisik mencakup tenaga cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan pengembangan psikologis
f) Struktur organisaisi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan menejmen operasi an pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
g) Konteks sosial atau elemen-elemen lain ag perlu dipertimbangkan dala perencanaan pengajaran.
Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat:
 Tujuan yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
 Program dan layanan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
 Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka
 Bangunan pisik mencakup tentang cara-cara penggunaan, pola distribusi dan kaitannya dengan baguanan pisik lainnya
 Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan
 Struktur organisasi
 Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
Hidayat (1990:11) mengemukakan bahwa perangkat yag harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
1. Memahami kurikulum
2. Mengusai bahan ajar
3. Menyusun program pengajaran
4. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan.
Konsep pembelajaran berbasis kompetensi masyarakat dirumuskannya secara kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan tolok ukur pencapaian kompetensi, maka dalam kegiatan pembelajaran siswa akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak menunjang tercapainya kompetensi. Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan sistem pembelajaran. Dengan demikian komponen minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah :
a) Pemilihan dan penggunaan kompetensi yang tepat.
b) Spesifikasi indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi.
c) Pengembnagan sistem penyampaian yang fungsional dan relevan dengan kompetensi dan sistem penilaian.

C. Manfaat Perencanaan Pengajaran Biologi
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran biologi dalam proses belajar-mengajar yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsure, baik unsure guru maupun usr murid.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan keterlambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi kesembangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
a. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran. Dengan penyajian materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlau banyak.
b. Mengupayakan konsistensi yang ingin dicapai dalam mengajarakan suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang ditentukan secara tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser ata menyimpang dari kompettensi atau materi yang telah ditentukan
c. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan dan kesempurnaan siswa
d. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelakasanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi.
e. Memperbarui system evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pemebeljaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi atau sub-kompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
f. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus
g. Meningkatakan akuntabilitas publik, Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan dan dikominikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada public.
h. Memperbaiki sisitem sertivikasi . dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah dapat dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
D. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. “Competency Based Education is geared toward preparing individuals to perform identified competency” (Schrag, 1987, h 22)
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (McAshan, 1989:19).
Konsep pembelajaran berbasis kompetensi menyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.. Dengan tolokukur pencapaian kompetensi maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan kompetensi Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
a. menghindari duplikasi dalam pemberian materi pembelajaran yang disampaikan guru harus benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
b. mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapa pun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
c. meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempatan peserta didik.
d. membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolokukur SK.
e. memperbarui sistem evaluasi dan pelaporan hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan peserta didik diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar peserta didik yang lain.
f. memperjelas komunikasi dengan peserta didik tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.
g. meningkatkan akuntabilitas publik.
h. memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajarang yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Model desain pembelajaran yang ada dikelompokkan berdasarkan; tampilan visual (skema, diagram), penjabaran komponen di dalamnya, dan manfaat yang terkandung dalam model tersebut. Contoh dari perbedaan model desain pembelajaran ini misalnya adalah ketika Dick & Carey secara skema, menerapkan model yang prosedural, sedangkan Kemp, et.al. menerapkan model melingkar ( circular). Dalam disain pembelajaran dikenal beberapa disain pembelajaran diantaranya adalah: Model berbasis sistem, mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya.
E. Penutup

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari berbagai sumber dan referensi maka dapat disimpulkan bawa Perencanaan pengajaran biologi mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar dan merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi belajar

 Saran

Daftara Pustaka

Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta: PAU - UT.
Abdul Gafur (1985). Media Besar Media Kecil: Alat dan Teknologi Pengajaran. Semarang: IKIP Press.
Majid Abdul , 2010. Perencanaan Pembelajaran. Remaja Modakarya. Bandung.
Nana Syaodih, R. Ibrahim, 2010. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Subiyanto, 1988, Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, P2LPTK, Depdikbud: Jakarta.
http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/02/iipemilihan-bahan-ajar-dalam-pembelajaran-berbasis-kompetensi-pbk. diakses tanggal 1 Maret 2011.
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/01/konsep-perencanaan-pengajaran.html. Diakses tanggal 28 Februari 2011
http://www.scribd.com/doc/42004552/pertem1-Konsep-Dasar.Diakses tanggal 1 Maret 2011
http://indrajulian.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-perencanaan-pendidikan.html.diakses tanggal 1 maret 2011